Obesitas atau Kegemukan dapat terjadi pada siapa saja, balita, remaja bahkan orangtua sekalipun dan tidak memandang jenis kelamin. Obesitas yang biasa juga disebut overweight atau berat badan berlebihan tentu saja membuat repot, memang di masa balita mungkin tidak terlalu berdampak, namun setelah menginjak remaja, tentu menjadi masalah yang serius karena dapat mengganggu aktivitas keseharian.
Penyebab Obesitas
image by healthdetik |
Akan tetapi, melihat kondisi overweight maupun obesitas dari segi ini, maka sama mudahnya dengan mengatakan bahwa mereka yang mabuk alkohol adalah mereka yang meminum alkhohol lebih banyak daripada yang dapat ditoleransi oleh tubuh mereka. Sekarang kita lihat berbagai penyebab obesitas yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya.
1. Obesitas karena Faktor Keturunan.
Di antara sifat-sifat fisik yang diturunkan adalah jenis bentuk tubuh. Mereka yang cenderung menjadi “bulat” (endomorph), harus lebih waspada memperhatikan berat tubuhnya daripada yang cenderung menjadi kurus (ectomorph). Mereka yang cenderung berotot (mesomorph) cenderung untuk tidak akan memiliki masalah soal berat tubuh. Hanya sedikit orang yang benar-benar dapat digolongkan ke dalam hanya satu golongan yaitu endomorph, mesomorph, atau ectomorph. Kebanyakan orang memiliki kombinasi ketiga sifat tersebut.
Sebuah penelitian di Amerika Serikat (Boston University) memaparkan bahwa sekitar 40% dari anak-anak yang kegemukan, salah satu orangtuanya juga kegemukan. Sedangkan bila kedua orang tuanya kegemukan maka 80% dari anak-anaknya akan kegemukan juga. Tetapi hanya 9% dari anak-anak itu yang kegemukan dimana kedua orang tuanya tidak kegemukan. Tidaklah jelas apakah memang masalah kegemukan adalah masalah keturunan. Tapi yang jelas kebiasaan makan, berolahraga, dan cara bekerja anak-anak, sangat dipengaruhi oleh cara dan kebiasaan orang tua mereka.
2. Kegemukan karena faktor fisiologis.
Para ahli riset percaya bahwa beberapa orang menjadi kegemukan karena sistem atau mekanisme pengontrolan nafsu makannya (apostat) tidak berfungsi dengan baik. Pada manusia normal, sistem apostatnya akan menurunkan bahkan mematikan nafsu makan tepat pada waktunya jika sudah terasa kenyang. Namun jika hal ini tidak berjalan dengan semestinya maka dia akan tetap ingin makan.
2. Faktor Budaya/Kebiasaan.
Bayi-bayi yang gemuk bagi kebanyakan orangtua dianggap sebagi bayi yang sehat. Sehingga banyak orang tua yang berusaha membuat bayinya “sehat” dengan memberikan terlalu banyak susu yang biasanya adalah susu botol. Bayi yang terlalu gemuk pada usia enam minggu pertama memiliki kecenderungan tumbuh menjadi remaja yang mengalami obesitas. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa 80% dari anak-anak yang kegemukan tumbuh menjadi orang dewasa yang menderita obesitas.
3. Faktor Psikologi.
Beberapa orang akan mencari makanan jika sedang mengalami gangguan emosi seperti ketegangan pikiran, kekecewaan, tekanan mental maupun kesepian. Satu riset tentang obesitas menghasilkan beberapa alasan psikologis yang menyebabkan seseorang memiliki berat badan berlebihan.
• Makan terlalu banyak karena stres yang tidak diketahui sebab-musababnya.
• Makan terlalu banyak karena makanan adalah pelipur lara.
• Makan terlalu banyak sebagai gejala penyakit pikiran yang mendalam.
• Makan terlalu banyak karena kecanduan makanan berkalori tinggi.
Karena makan terlalu banyak, maka para “penderita” ini akan bertambah gemuk. Selanjutnya tubuh yang gemuk dapat menjadi beban mental sehingga mereka dapat mengalami depresi. Depresi inilah yang selanjutnya akan mendorong mereka untuk makan lebih banyak. Kejadian ini dapat menjadi suatu lingkaran setan yang semakin merunyamkan masalah.
Masalah kegemukan lebih dari sekedar makan terlalu banyak atau kegiatan fisik yang sangat minim. Banyak faktor yang terkait dalam timbulnya kondisi ini.
0 comments:
Post a Comment